Custom Widget

Kurasi Our Family Ekspedisi Jambore Fotografi Pameran Foto

REFLECT SEE - Pameran Angkatan X (2013)



Kehidupan manusia disertai beban polemik, membuat manusia kehilangan kesadaran akan lingkungan sekitar. Kepekaan & kepedulian runtuh akibat keacuhan setiap individu yang memperjuangkan diri masing-masing.


Melalui fotografi,
kami ingin merefleksikan kehidupan sebagai sebuah rutinitas kompleks yang selalu terulang. Karena setiap masa mempunyai gerutan sendiri dalam sebuah fragmen kehidupan di ujung sana bisa jadi di penuhi cerita penderitaan, ketidakadilan, dan bahkan kegaduhan sehingga menimbulkan kegelisahan.

Namun, jika menoleh ke ujung yang lain, sebuah kisah kebahagiaan, kesuksesan, dan perjuangan anak manusia dalam meraih kehidupannya dan dengan sendirinya menebarkan aroma optimisme dan pengharapan akan masa depan yang baik.

"REFLECT SEE" merujuk pada individu dalam penciptaannya. Fotografi adalah karya individual, merupakan simbol bahwa yang kami lakukan yaitu mengabadikan moment, membagi hal yang telah dilihat dengan berusaha menjadikan lebih sederhana melalui selembar cerita dalam bahasa visual kehidupan.

Foto di dalam pameran ini di ambil menggunakan kamera digital Analog.
Berikut foto-foto dalam pameran yang bertema "REFLECT SEE" :
(Klik Teks Link untuk melihat)

Wayang Golek Lenong Betawi

Perjalanan Sebongkah Kayu














Benda mati mirip manusia ini terbuat dari kayu dan “dihidupkan” oleh seorang dalang biasa dikenal dengan nama wayang golek. Lahir dari pemikiran Tizar Purbaya pada tahun 2001. Hal ini di ciptakan untuk menambah hasil karya seni khususnya kesenian Betawi.


Pembuatan wayang golek Betawi itu sendiri dikerjakan oleh Mang Ujang. Untuk membuat wayang golek Betawi, Mang Ujang memakai kayu pule yang lunak dan “dibungkus” dengan kostum sesuai dengan tokoh yang di inginkan seperti Jokowi & Ahok.


Dari segi bentuk maupun pertunjukan, wayang golek Betawi mirip dengan wayang golek Sunda. Bedanya, wayang golek Betawi menggunakan gambang kromong sebagai music pengiring. Ciri khas dari wayang golek Betawi yaitu lawakan-lawakan khas Betawi yang bias membuat penonton tertawa. Wayang golek ciptaan Mang Ujang memiliki kemampuan menampilkan adegan seperti alis dan bibir yang bias digerakkan. Ada pula wayang golek yang bias mengeluarkan air mata dan mengeluarkan asap sehingga wayang golek Betawi terlihat hidup.


Untuk melestarikan wayang golek Betawi, Tizar Purbaya mencoba untuk tetap mempertahankan koleksi wayang-wayangnya dengan tidak menjualnya dan tetap memproduksi dengan terus mengenalkan wayang golek Betawi dalam pementasan-pementasan keberbagai daerah dan mancanegara.

-Muhammad Alif Fauzan


Sang Penari












Tarian Lengger tumbuh dan berkembang di wilayah Banyumas, biasa di sebut Banyumasan.  Tarian Lengger terdiri dari dua sampai empat orang penari dan calung sebagai alat musik, gerakan-gerakan tarian tersebut sangat dinamis dan lincah dengan mengikuti irana calung.

Tarian Lengger sangat menarik, karena Lengger dulu adalah pria yang berdandan seperti wanita, namun penari pada umumnya adalah wanita cantik sedangkan penari priaanya sebagai badut perlengkap yang berfungsi untuk meriahkan suasana. Jumlah penari 2 hingga 4 orang, mereka harus berdandan sedemikan sehingga kelihatan sanagat menarik. 

Pak Adi (53) dan Bu Ani (41) adalah salah satu penari Lengger yang berada di Jakarta. Pak Adi dan Bu Ani menjadikan Lengger sebagai mata pencarian sejak tahun 2010. Berawal dari hobi, mereka menekuni seni tari Lengger hingga akhirnya menghasilkan uang. Sampai tubuh tak mampu lagi menopang gerakan-gerakan tarian Lengger. 

Mereka senang menari karena dengan cara menari mereka ikut serta melestarikan kebudayaan Banyumas. Menari Lengger dapat meperkenalkan tarian tersebut kepada masyarakat luas, walau banyak orang yang acuh tak acuh terhadap seni tari. Terkadang mereka mendapatkan omongan-omongan miring mengenai profesinya yang disamakan dengan pengamen keliling.

Meski usianya tak lagi muda, tidak menjadi penghalang untuk mencari nafkah dengan penari Lengger. Memiliki 2 orang anak menjadikan motivasi mereka untuk tetap mengais rezeki., walau yang didapat tidak menentu. Pada kenyataannya menjadi penari Lengger bukan pilihan hati mereka., namun apadaya dengan bermodalkan keahlian mereka menentukan jalan hidup mereka.

“Kalau istirahat ga punya uang besok, terus ga bisa buat makan  dan kebutuhan yang lainnya” Ujar Pak Adi.
 -Luthfi Eko Prasetyo



Kau Tahu Sihir Waria (?)
















Menurut mami Yulie, ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia pada tahun 2006 terdata sebanyak 7.878.000 waria ada di Indonesia. Jumlah ini bisa berkembang sampai 200% karena banyak diantara mereka yang tidak terbuka dan tidak memiliki identitas resmi seperti kartu tanda penduduk. Namun bentuk diskriminasi masih terus dialami waria dengan yang paling rentan adalah tidak bisa mendapat tempat di publik. 

Mereka tergabung dalam Forum Komunikasi Waria Indonesia yang bermarkas di Depok. Banyak waria yang sebelumnya bertahan hidup sebagai pekerja seks. Komunitas transgender alias kaum waria masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia. Kehadiran mereka kerap mendapat penolakan dari masyarakat dan keluarga sendiri. 

Merekapun tersingkir hingga masa tua. Usia mereka kini sudah tua, mereka hanya akan memanfaatkan sisa waktu hanya untuk sekedar hidup. Mereka tinggal di tempat penampungan waria yang sudah tua karena mereka ingin terdata dan diakui masyarakat. 

Mungkinkah masyarakat mengakui dan tidak lagi memandang kaum waria sebelah mata?

-Muhammad Ramadhan

Main Bola di Atap Gedung















-Fini Agustin

Sekolah Anak Langit















Sekolah AnaKlangit berdiri pada tahun 2004,sekolah ini berdiri atas gagasan sekumpulan orang-orang yang peduli terhadap keberlanjutan pendidikan bagi anak-anak yang secara sosial dan ekonomi terpinggirkan dari hiruk-pikuknya geliat kota dan menyatukan visi dan misi mereka untuk membentuk sekolah yang  dapat dijangkau oleh semua lapisanmasyarakat tanpa harus terhalang oleh biaya,sekaligus sebagai bentuk pengabdian mereka kepada ibu pertiwi.

Awal berdirinya sekolah AnaKlangit tidaklah mudah  karena sekolah ini berdiri bukan menggunakan dana pemerintah melainkan dana yang diperoleh dari hasil kerja keras para relawan-relawan yang terdiri dari berbagai macam profesi baik Musisi,Pelukis,Pembuat Puisi, Buruh pabrik,PNS dan Mahasiswa. Relawan-relawan ini mendapatkan dana dari hasil mengamen dan selanjutnya dana tersebut untuk membuat sebuah saung yang diberinama “Saung Tua” saung ini merupakan cikal bakal berdirinya sekolah AnaKlangit. 

Sekolah ini pertama kali berdiri di lahan warga yang dipinjamkan semantara, dan seiring berjalanya waktu pada tahun 2006 lahan tersebut pun dibangun sebuah Mall hal ini yang memaksa mereka untuk pindah dari tempat tersebut. Akhirnya mereka pun menemukan sebuah lahan kosong  disekitar pinggiran Sungai Cisadane,Tangerang yang merupakan tanah milik Rumah  Duka Boen Tek Bio yang dipinjamkan secara sukarela hingga sekarang berdiri tegak sebuah bangunan bercorak anyaman bambu, beratap jerami,rimbun dan dari sana tersembul sinar dari sebuah harapan. Harapan akan sebuah mimpi anak manusia yang ingin berbakti kepada ibu pertiwi dan menjadi orang yang berguna bagi orang lain.

-Bayu Afriandaru

Rusun.Net












 





-Adam Darmawan

Bocah Dalang













-Annisa Farah Rianty

Ku Titip Manis ku
 












-Bintang Dinanti Yanda

0 komentar:

Posting Komentar

 

Follow Us on Instagram:

Instagram

Follow Us on Twitter:

Blog Fellaz

Visitors

Popular Posts